Category Archives: Resensi

Review Buku : Sik Ndemin Selawase

Paijo    : …. Ndemin Selawase lek lanang. Lagian gak penting sopo jenenge. Sing penting areke sehat.
Narti   : Lha terus lek nyeluk yok opo lek podo? Surat-surate? Ngko malah kliru karo mas’e.
Paijo    : Yo gak. Sing iki Ndemin 2. Dinomeri.
Narti   : Koyok wedhus korban ae athek dinomeri. Lha lek wedok?
Paijo    : Yo Ndeminwati. Hehehe
Narti   : Sak karepmu wes.

Dialog di atas adalah sedikit penggalan dari buku “Ndemin Selawase” yang pernah saya reviewi tahun lalu. Dan kali ini, saya bermaksud untuk mereview kelanjutan buku tersebut yang judulnya “Sik Ndemin Selawase”.  Buku ini masih ditulis oleh orang yang sama.  Ya, dia adalah Rina Tri Lestari.

Tak jauh beda dengan buku pertama, buku keduanya ini pun merupakan kumpulan dari tulisan-tulisannya yang pernah dimuat di blognya.  Baik blog pribadinya maupun di blog keroyokan, Kompasiana.com. Continue reading

Review Buku ‘Ndemin Selawase’

Kali ini, saya ingin mereview buku milik kawan saya. Seorang kawan yang pekoknya gak ketulungan tapi cihuynya tingkat internasional yang bernama @rinatrilestari. Belum lama ini, dia menerbitkan sebuah buku hasil dari ngeblog di kompasiana. Bukunya dia diberi judul ‘Ndemin Selawase’

Buku ini adalah buku bahasa jawa pertama yang saya baca. Menggunakan bahasa sehari-hari dengan dialek khas masyarakat Surabaya. Sebenarnya, cerita yang diangkat dalam buku ini sangat klise. Namun penulis mampu membuat buku ini begitu memikat dengan dialog-dialog di dalam cerita. Realistis. Cerita yang pasti banyak ditemukan di dalam sebuah keluarga kecil yang hidupnya pas-pasan.

Adalah Narti, seorang gadis dari keluarga berkecukupan yang kemudian menikah dengan Paijo. Sebenarnya, pernikahan mereka tak mendapat restu dari pihak keluarga Narti, karena Paijo bukan dari keluarga kaya. Namun cinta sudah terlanjur membuat mereka nekat hidup bersama, meski tanpa modal yang cukup.

Narti yang terbiasa hidup dimanja masih suka ‘rewel’ minta ini itu pada Paijo, suaminya. Sedang Paijo akan mati-matian merayunya. Seperti ketika Narti ingin nonton film di bioskop, maka Paijo akan membelikannya beberapa keeping DVD sebagai gantinya. Atau, ketika Narti ingin makan pizza, maka dia harus berpuas ketika Paijo hanya mampu membelikannya ote-ote. Continue reading

Dalam Semesta Cinta dari Pipiet Senja

Tanggal 6 Januari kemarin, aku mendapatkan sebuah paketan. Yah sebuah buku dipaketkan kepadaku dari seorang pengarangnya sendiri. Dialah Pipiet Senja yang selalu kupanggil bunda dan akupun baru mengenalnya beberapa saat yang lalu. Menngenalnya dari jejaring dunia maya yang bernama Kompasiana.  Maklumlah, meskipun aku suka membaca tapi aku tak pernah memiliki koleksi buku. Baik buku cerita, buku sastra, atau buku novel sekalipun. Mungkin karena sejak kecil orang tuaku kurang begitu peduli dengan hobi membacaku, sehingga menguap begitu saja hobi itu.

Aku bergabung di Kompasiana pada tanggal 15 Oktober 2009, belum lama bukan. Dan apa kau tau kawan? Bunda Pipiet malah baru bergabung pada tanggal 20 November 2009. Saat itu aku tidak mengetahui kalau beliau adalah seorang penulis terkenal, aku membaca tulisannya seperti aku membaca tulisan kompasianers lainnya. Membaca dan kemudian memberi tanggapan. Semua tulisannya sangat menarik, komunikatif, dan yang pasti inspiratif. Beliau menuliskan banyak kisahnya di kompasiana, tak jarang aku selalu bercucuran airmata setiap membaca tulisannya, benar-benar menghabiskan persedian tissuku!!

Cover Buku "Dalam semesta Cinta" yang penuh inspirasi Dalam Semesta Cinta, itulah judul buku yang kuterima. Kisah inspirasi yang menghabiskan banyak air mata saat membacanya. Dalam buku itu, Pipiet Senja mengisahkan lakonnya semenjak beliau kecil dan masih tinggal di Sumedang. Kisah masa kecil dengan segala suka duka bersama keluarganya, kesulitan dan kemiskinan tak jauh dari lakonnya. Saat Pipiet Senja kecil pertama kali sakit dan diopname di sebuah Rumah Sakit, tak seorangpun yang menemaninya melawan segala sakit dan kengerian yang sering kali menerpanya. Ayahnya sibuk dengan tugasnya sebagai seoarang prajurit, dan Ibunya tentu saja repot dengan adik-adiknya yang masih kecil.

Masa-masa remajanya tak pernah jauh dari sakit, tranfusi, kemiskinan, penderitaan, dan segala hal yang berhubungan dengan derita. Namun disetiap kesulitan, Allah selalu memberikan kemudahan dan itulah yang sering kali dirasakannya. Dimasa ini, Pipiet Senja sudah mampu menghasilkan uang dari tarian penanya, honor dari cerpen, puisi, novelet. Yah dia menjadi seorang pengarang yang dulu sempat di cercanya. Itu karena dia dulunya bercita-cita menjadi seorang kowad, sebutan untuk tentara wanita.

Saat memasuki masa pernikahan inilah kisah yang mengharu biru itu dilakoninya. Mempunyai suami yang acuh, kejam, sungguh tak berperikemanusiaan, ditambah lagi suaminya mempunyai penyakit yang namanya paranoid parah. Sungguh mengerikan. Disinilah Allah menguji keimanan, ketegaran dan keihklasannya. Beruntunglah dia selalu memasrahkan setiap ketidakberdayaannya kepada Rabbnya. Dengan ketegarannya dan kekuasaan serta cinta Tuhannyalah dia selalu bisa bangkit dan bangkit dari keterpurukannya.

Berikut saya tuliskan 4 paragrahp terakhir kisah dalam buku ini :

Sebagaimana awal tujuan penulisan buk ini muncul karena keinginan untuk menemani kaum perempuan, para istri, ibu-ibu yang pernah atau telah menalami lakon yang mirip diriku. Niat untuk berbagi kisah hikamah dengan saudara-saudaraku.

“Kalian tidak sendirian, tidak pernah sendirian. Mari kita berbagi dan saling menguatkan, saling menyemangati. Niscaya ada solusi untuk kita!”

Aku selalu berdoa, biarlah lakon ini hanya menimpa diriku, jangan sampai menimpa orang lain, terutama yang melukai dan berlumur kepedihan.

keputusan demi keputusan yang kuambil,mungkin tak perlu diteladani, karena kondisi kita niscaya berbeda. Petiklah yang baik-baik dan ada hikmahnya. Sebaliknya buang jauh-jauh sisi gelap yang mungkin bisa menyesatkan.

Dan akhirnya, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Bunda Pipiet, karena dengan membaca buku tersebut seakan memberikan motivasi kepada saya untuk menjadi wanita tangguh, wanita tegar, dan tak mudah menangis. Saya juga akan ikut mendoakan semoga ke-10 Asa Bunda yang bunda tuliskan dalam buku itu dimakbulkan oleh Allah SWT. Amien….

Dalam kisah ini aku berbagi!

Hadisome

Tentang Apa Saja dan Siapa Saja

Najlazka

“Life isn't about waiting for the storm to pass...It's about learning to dance in the rain.” ― Vivian Greene

RetakanKata

Karena Setiap Kata Punya Makna

Hidupnya Indra

Catatan Hidup Seorang Indra Nugroho

Catatan Dahlan Iskan

dahlaniskan.wordpress.com

gengkata

kata-kata adalah cermin kualitas seorang manusia

@buhanzhalah

Kumpulan Artikel Islam & Pernikahan