Faa…
Temanmu banyak juga kan di sana?

Kelahiran dan kematian rasa-rasanya memang selalu ada setiap hari, Faa. Iya, aku pun menyadarinya, benar-benar sadar akan hal itu. Tak sedikit pun meragukannya, tak sedikit pun tak mempercayainya.
Kamu tentu tahu, pertemanan kita, Canting, benar-benar berbeda dengan pertemanan dengan yang lain. Aku tahu, di antara kita, aku yang paling sering tak bertemu kalian, tak bertemu kamu. Aku pun yang sering kali absen dari perjalanan-perjalanan absurd yang sering kita semua agendakan. Aku juga yang seringnya iri setengah mati saat kalian, kamu dan teman yang lain bercerita tentang perjalanan yang berhasil dilakukan. Tentang hal-hal gila yang tak pernah tertinggal. Tentang tawa yang tak ada habisnya. Tapi kamu tentu tahu kan, Faa? Aku menyayangi kalian, menyayangimu begitu rupa.
Tak pernah aku merasakan rindu yang sulit terurai tentang pertemuan, pertemanan, melainkan kepada kalian, kepadamu.
Kupikir, tak perlulah kuceritakan bagaimana gilanya kamu, betapa tangguhnya, betapa tak pernah perlihatkan kesedihan-kesedihan yang kamu rasakan, betapa cintanya kamu dengan pitungmu, kepada gunung-gunung, kepada kebebasan dan betapa-betapa yang lain. Aku yakin, semua orang yang mengenalmu tahu akan hal itu.
Faa, sejak pertemuan terakhir kita Juni lalu, mungkin aku semakin jarang saja terdengar kabarnya. Semakin tak beri kabar. Mungkin kamu berfikir, aku sibuk dengan status baru. Haha, iya, Faa aku sibuk menata ulang kehidupanku. Rupa-rupanya, menikah mampu membuatku banyak membelokkan mimpi-mimpi. Banyak hal yang mesti dirubah, banyak hal yang berubah.
Bayangkan saja, Faa, satu bulan setelah menikah, aku hamil. Iya, Faa aku hamil dan usia kandungannya pun sudah sebulan. Kamu ingat obrolan kita tentang masa subur menjelang pernikahanku? Iya, saat kamu dan teman-teman yang lain bermalam di kamarku. Ternyata Ika benar, aku sedang masa subur saat malam pertama. Ah, semestinya ini kuceritakan saja dalam SMS atau chat seperti yang biasa kita lakukan. Tapi biarlah.
Harusnya, Faa, kamu tak perlu buru-buru seperti itu. Sebentar lagi, kamu mau terima ponakan baru. Canting Junior, menemani Fay putranya Mas Aziz Safa, putrinya Mas Mumu. Harusnya, Faa kamu ajari mereka tentang ketangguhan sepertimu. Tentang tawa yang tak pernah habis dari wajahmu, cara menyembunyikan kesedihan, cara membuat orang lain tergelak dan semua hal tentang kegilaanmu. Ya, semestinya begitu, Faa.
Sayangnya, harusnya, semestinya itu tak ada. Benar apa yang dikata Mamak.
Tapi betapa pun sayangnya kami padamu, betapa enggannya kami kehilangam kamu, aku yakin Allah tak pernah keliru menempatkan sesuatu. Tak pernah salah mengambil keputusan.
Tentu akan ada banyak teman yang menyayangimu di sana, akan lebih banyak destinasi-destinasi yang sangat indah yang bisa kamu kunjungi. Semoga bekalmu tak pernah habis dalam perjalananmu kali ini, Faa. Perjalanan yang beribu lebih jauh dari semua perjalanan yang pernah kamu lakukan.
Hingga detik ini, rasa-rasanya aku masih sulit untuk mengatakan selamat jalan, Faa. Memang tak perlu sepertinya kata-kata itu. Kuanggap saja kali ini kamu tengah melakukan perjalanan lagi. Perjalanan yang sangat jauh dan aku tak pernah tahu kapan kamu kembali.
Seperti kata sahabat kita pagi tadi, Sasha, dia bilang dalam timeline-nya,“A good friend never dies, she only starts another journey (without us). Enjoy trip to heaven, Faa. We will miss you.”
Ya, kami akan sangat merindukanmu, Faa. Bahkan sudah sangat rindu. Sesekali, temui kami dalam mimpi.
Like this:
Like Loading...
Penjejak