Terkadang hidup tak selalu dalam garis lurus bersama dengan kegembiraan, kadang tak jua selalu dalam kegundahan. Kadang naik kadang pula turun, kadang kekiri kadang kekanan. Namun itulah yang membuat hidup seakan berirama, berwarna, dan tak menjemukan.
Kenapa aku? Aku tak tahu apa yang kurasakan. Dadaku terasa sesak, nafasku memburu, namun jantungku enggan berdenyut. Bagai bom atom yang mau meledak, tapi tertahan oleh waktu meskipun partikel-partikel didalamnya sudah saling mendesak, bahkan berlomba untuk bisa bebas. Bebas berhamburan bersama hembusan angin dingin di siang yang panas. Menangis? tidak. Aku sudah bosan dengan tangisan, aku bosan dengan air mata, aku bosan mendengar rintihan. Cukuplah semua itu, aku tak mau mengemis senyuman. Cukup!!
“Kau kenapa kawan?” tanya seorang sahabat yang ada disisi hati sebelah kiri.
“Entahlah!”
“Sudahlah, biarkan aku yang memberikan senyuman itu untukmu.”
“Aku tak yakin kau mampu!”
“Kau selalu pesimis!! ayolah, semangat!!”
“Kau pikir aku tak semangat selama ini? Kau pikir aku orang yang lemah? Kau pikir ini mudah? berjalan tertatih sendiri tanpa arah?”
“He…he….hei…..kenapa kau marah?”
“Maafkan aku, hari ini ingin sekali aku muntah. Bukan muntah nanah ataupun muntah darah. Tapi memuntahkan amarah. Aku muak dengan semua ini, muak!!”
“Muntahkan kawan, muntahkan! aku akan menampung semua muntahanmu!”
“Pergilah, biarkan aku sendiri! aku hanya ingin sendiri biarlah aku berteman dengan sepi, setidaknya untuk saat ini.”
“Baiklah, aku akan pergi tapi ingatlah, jika tidak selamanya senyuman itu cinta, tidak selamanya cinta itu senyuman. Kadang dalam hati yang jengah ada cinta yang tak kentara. Rabalah hatimu, nikmati setiap tetes cinta yang diberikan orang lain untukmu. Rawatlah cinta itu hingga dia bisa tumbuh dan terus tumbuh. Tak perlulah lagi kau mengemis cinta, karena kau sudah punya, bahkan kau mampu membagi cintamu, untukku, untuknya dan untuk mereka. Rabalah hatimu kawan!” Kau genggam tanganku dan meletakkannya tepat diulu hatiku.
“Sudahkah selesai celotehanmu?” sambil kutarik tangan dari genggamannya
“Baiklah, aku akan pergi. Tapi biarkan aku mengecup keningmu!”
Aku benar-benar ingin sendiri, meratapi setiap kata demi kata yang muncul dikeheningan malam. Setiap ajakan dan dengungan yang sering kali tak kumengerti. Apa yang kau inginkan dariku? Apa?? Aku sudah bosan dengan caraku memandangmu, aku bosan dengan tingkahku, aku bosan dengan harapan yang kutautkan dipundakmu.
Kau? Kau tak pernah tahu apa yang aku rasakan, apa yang aku harapkan, bahkan apa yang aku inginkan. Maaf, aku jenuh menanti ketegasanmu.
hay . . .
entah dgn siapa lg ku bsa brbge. kusdih bnget pnx tkdir, hdup sprti ini! aku lelah dgn semua yg kujalani. andai aj mati itu mdah, kupngen mati aja!
tuhan bntu aku, buat mecahin mslh dhdupku. aku merasa bntu dan tak pnx arah. aku bhkan hnx bsa pasrah n menangis meratapi smua ini dhdupku. bntu aku benci dia, yg tak shrusny aku cntai . . .
Hai… salam kenal ya dari aku…. aq baru coba2 nulis di blog. Jgan lupa mampir2 di blog aq…